Kuliah Diploma IV itu ibarat naik roller coaster selama 2 tahun berturut-turut. Nyaris gak ada berhenti deg-degan.
Setidaknya itu yang aku dapat simpulkan selama 4 semester mendapat surat tugas belajar dari instansi. Mulai dari semester awal, semester 7 yang notabene terkenal horor, sampai masa penyusunan skripsi yang aduhai banget tekanan mentalnya.
Awal masuk, jumlah satu angkatan adalah 92 orang. Di akhir masa kuliah dan pada momen pengembalian pegawai ke instansi tinggal 82 orang. DIV berat? Sangat! Apalagi dengan status sebagai istri dan ibu. Meskipun tugas utama adalah keluarga, tetap saja ada perasaan aneh jika tidak memaksimalkan kemampuan dan meyerah begitu saja pada tugas kuliah yang seabrek dan ancaman drop out.
Kuliah membutuhkan banyak energi. Pagi dan siang kuliah, malam sampe pagi belajar, ngerjain makalah, tugas, dan nyicil skripsi. Tidur jadi lebih awal demi bisa melek jam 12 dini hari. Bahkan pernah nangis tengah malam karena stres ngerjain tugas Intermediate Accounting. Pernah lagi setelah paginya mengalami kecelakaan saat menuju pasar, jam 9 pagi sudah harus hadir ikut tentir Advanced Accounting. Besoknya pun masih harus dateng belajar kelompok tugas Sistem Informasi Akuntansi dengan kepala masih sulit digerakkan.
'Hobi' bangun tengah malam ini berlangsung nyaris sepanjang kuliah. Termasuk saat hamil. Tantangan tidak sampai di sana saja. Tiga minggu menjelang UAS semester 9, aku melahirkan. Putri kecil itu saat ini sudah berusia 9 bulan. Proses melahirkan secara SC gak bikin pikiran berhenti. Baru seminggu sejak lahiran, aku memutuskan masuk karena ada kuis untuk mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Sehabis itu, langsung pulang dan dalam keadaan jalan menyeret kaki karena jahitan di perut masih terasa perih.
Selesai? Ternyata enggak. Qadarullah 15 hari setelah lahiran, aku mengalami pendarahan. Libur kuliah kembali dan ternyata berakhir dengan kadar Hb hanya di kisaran angka 6. Setelah mendapat transfusi darah sebanyak 3 kantong, akhirnya memutuskan untuk tidak mengikuti UAS minggu pertama. Istirahat penuh. Walaupun 30 hari setelah lahiran aku sudah mengendarai motor sendiri karena masih ada ujian susulan.
Masa-masa skripsi lebih horor lagi. Setiap pagi saat membuka mata di semester 10, pikiran hanya muter-muter di statement 'mau nulis apa hari ini'. Belum lagi Asiyah sempat kena campak dan dosen sangat menghendaki datang tepat waktu.
Selain tantangan-tantangan tersebut, dapet hikmah apa selama kuliah?
Kenal dosen-dosen baru, yang bahkan sudah dianggap sebagai teman. Setidaknya beliau-beliau ini menjadi guru kehidupan yang juga membuka pandangan lebih luas tentang motivasi dalam belajar.
Mengenal teman-teman baik yang luar biasa sabar dengan sikapku yang rada labil :D Mba Nina, Senja, dan Vivi. Termasuk temen sekantor sejak dulu hingga sekarang, mba Binta.
Belajar yang namanya mandiri level bumil. Kemana-mana sendiri nenteng belanjaan bulanan dengan kondisi perut buncit, termasuk saat sudah memasuki HPL. Karena bagaimanapun yang dapat ngebantuin kita adalah diri kita sendiri. Termasuk ngebantu diri ini untuk tabah #halah
Dan akhirnya mengetahui, sehebat apapun kekuatan kita menghadapi perkuliahan, kekuatan tersebut akan runtuh tanpa dukungan keluarga. Suami, anak-anak, dan semua yang terlibat (termasuk asisten) punya peranan hebat. Semua berusaha memastikan kondisi rumah dan anak-anak dalam keadaan aman sehingga aku bisa mengikuti perkuliahan dan konsultasi bimbingan dengan tenang.
Happy yudisium yaaa semuaaa...
Foto-foto ini sengaja aku aplot di sini sebagai dokumentasi keceriaan di akhir masa pendidikan. Akhir masa perjuangan tugas belajar. Akhir masa kebebasan berangkat subuh pulang petang (:D). Dan awal bagi periode hidup berikutnya, yang kebetulan hampir semua teman-teman dari DJP ditempatkan pada unit yang sama, KLIP Direktorat Jenderal Pajak.
Terima kasih sudah ngebaca uneg-uneg singkat ini yaaaa
Selamat pagi, selamat beraktivitas kembali :P
Nitta Sestra Afdya
Jakarta, 4 November 2016
sambil menanti jadwal online
Comments
Post a Comment