Skip to main content

Yudisium Program Diploma IV Akuntansi Alih Program 2016 PKN-STAN -- 6 Oktober 2016



Kuliah Diploma IV itu ibarat naik roller coaster selama 2 tahun berturut-turut. Nyaris gak ada berhenti deg-degan.

Setidaknya itu yang aku dapat simpulkan selama 4 semester mendapat surat tugas belajar dari instansi. Mulai dari semester awal, semester 7 yang notabene terkenal horor, sampai masa penyusunan skripsi yang aduhai banget tekanan mentalnya.

Awal masuk, jumlah satu angkatan adalah 92 orang. Di akhir masa kuliah dan pada momen pengembalian pegawai ke instansi tinggal 82 orang. DIV berat? Sangat! Apalagi dengan status sebagai istri dan ibu. Meskipun tugas utama adalah keluarga, tetap saja ada perasaan aneh jika tidak memaksimalkan kemampuan dan meyerah begitu saja pada tugas kuliah yang seabrek dan ancaman drop out.

Kuliah membutuhkan banyak energi. Pagi dan siang kuliah, malam sampe pagi belajar, ngerjain makalah, tugas, dan nyicil skripsi. Tidur jadi lebih awal demi bisa melek jam 12 dini hari. Bahkan pernah nangis tengah malam karena stres ngerjain tugas Intermediate Accounting. Pernah lagi setelah paginya mengalami kecelakaan saat menuju pasar, jam 9 pagi sudah harus hadir ikut tentir Advanced Accounting. Besoknya pun masih harus dateng belajar kelompok tugas Sistem Informasi Akuntansi dengan kepala masih sulit digerakkan.

'Hobi' bangun tengah malam ini berlangsung nyaris sepanjang kuliah. Termasuk saat hamil. Tantangan tidak sampai di sana saja. Tiga minggu menjelang UAS semester 9, aku melahirkan. Putri kecil itu saat ini sudah berusia 9 bulan. Proses melahirkan secara SC gak bikin pikiran berhenti. Baru seminggu sejak lahiran, aku memutuskan masuk karena ada kuis untuk mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Sehabis itu, langsung pulang dan dalam keadaan jalan menyeret kaki karena jahitan di perut masih terasa perih.

Selesai? Ternyata enggak. Qadarullah 15 hari setelah lahiran, aku mengalami pendarahan. Libur kuliah kembali dan ternyata berakhir dengan kadar Hb hanya di kisaran angka 6. Setelah mendapat transfusi darah sebanyak 3 kantong, akhirnya memutuskan untuk tidak mengikuti UAS minggu pertama. Istirahat penuh. Walaupun 30 hari setelah lahiran aku sudah mengendarai motor sendiri karena masih ada ujian susulan.

Masa-masa skripsi lebih horor lagi. Setiap pagi saat membuka mata di semester 10, pikiran hanya muter-muter di statement 'mau nulis apa hari ini'. Belum lagi Asiyah sempat kena campak dan dosen sangat menghendaki datang tepat waktu.

Selain tantangan-tantangan tersebut, dapet hikmah apa selama kuliah?

Kenal dosen-dosen baru, yang bahkan sudah dianggap sebagai teman. Setidaknya beliau-beliau ini menjadi guru kehidupan yang juga membuka pandangan lebih luas tentang motivasi dalam belajar.

Mengenal teman-teman baik yang luar biasa sabar dengan sikapku yang rada labil :D Mba Nina, Senja, dan Vivi. Termasuk temen sekantor sejak dulu hingga sekarang, mba Binta.

Belajar yang namanya mandiri level bumil. Kemana-mana sendiri nenteng belanjaan bulanan dengan kondisi perut buncit, termasuk saat sudah memasuki HPL. Karena bagaimanapun yang dapat ngebantuin kita adalah diri kita sendiri. Termasuk ngebantu diri ini untuk tabah #halah

Dan akhirnya mengetahui, sehebat apapun kekuatan kita menghadapi perkuliahan, kekuatan tersebut akan runtuh tanpa dukungan keluarga. Suami, anak-anak, dan semua yang terlibat (termasuk asisten) punya peranan hebat. Semua berusaha memastikan kondisi rumah dan anak-anak dalam keadaan aman sehingga aku bisa mengikuti perkuliahan dan konsultasi bimbingan dengan tenang.

Happy yudisium yaaa semuaaa...
Foto-foto ini sengaja aku aplot di sini sebagai dokumentasi keceriaan di akhir masa pendidikan. Akhir masa perjuangan tugas belajar. Akhir masa kebebasan berangkat subuh pulang petang (:D). Dan awal bagi periode hidup berikutnya, yang kebetulan hampir semua teman-teman dari DJP ditempatkan pada unit yang sama, KLIP Direktorat Jenderal Pajak.

Terima kasih sudah ngebaca uneg-uneg singkat ini yaaaa
Selamat pagi, selamat beraktivitas kembali :P

Nitta Sestra Afdya
Jakarta, 4 November 2016
sambil menanti jadwal online



















Comments

Popular posts from this blog

Nasi Bakar ala Bu Fatmah Bahalwan NCC

Pertama kali lihat postingan resep Nasi Bakar ini, bawaannya kebayang-bayang terus dan pengen bikin. Alasannya, aku suka banget nasi bakar! Ada aroma daun pisang, aroma bakaran dan rasa gurih dari lauknya itu bikin lidah ketagihan. Karena itu, ketika menemukan link berisi resep ini, aku langsung catat bahan dan cara membuatnya di agenda masakan tercintaaah (sebenernya sih buku agenda buat kerjaan kantor, disalahgunakan ini ceritanya :D). Mencatat resep di buku tulis itu ada kebahagiaan tersendiri. Selain bisa jadi koleksi (haiah *ga penting), mempermudah liat resep pas masak ketika hape harus di-charge dulu, juga membantu pemahaman langkah pengerjaan. Ok, kembali ke resep. Yang bikin aku memilih resep ini adalah resep ini dari Bu Fatmah Bahalwan NCC. Hohoho. Beliau sudah terkenal di dunia masak-memasak lho. Dan aku, sebagai salah satu fans berat beliau, gak ragu sama kelezatan resep yang pernah disusun beliau. Semangat ini juga makin menggebu-gebu ketika mbak Hesti nge-posting re

Kentang Goreng Tepung

Setelah hampir sebulan nganggur di draft, akhirnya bisa di- publish juga :D *kelamaan memastikan detil resep* Majalah Sedap kembali dengan resep praktis dan gak pake bahan banyak. Halaman belakang majalah edisi bulan Agustus kemarin tersebut diisi dengan resep pilihan yang dijamin mudah untuk dibuat. Salah satunya Kentang Goreng Tepung ini. Meskipun jenis olahan french fries lebih dikenal dan disukai, kentang goreng dengan potongan wedges ini dijamin gak akan mengecewakan. Yang khas dari kentang goreng ini adalah renyahnya. Karena berbalut tepung, kentang ini sangat renyah. Bahkan kerenyahannya bertahan hingga kondisinya tidak lagi hangat. Disajikan dengan saus cocolan ataupun tidak, tetap saja cemilan ini bakalan memanjakan lidah keluarga di rumah. Kriuk-kriuk gurihnya bikin siapa aja akan berkesimpulan one is never enough .   Punya stok kentang? Yuk, buruan dimasak dengan resep yang aku tulis ulang dari majalah Sedap ini :) KENTANG GORENG TEPUNG sumber:

OVEN dan ovenku (KIRIN 200-RA)

Oven adalah peralatan dapur yang wajib dimiliki kalo mau belajar baking , khususnya kalo mau bikin sesuatu yang dipanggang. Peralatan tempur baking yang satu ini juga punya beberapa jenis, yaitu: Oven Tangkring (otang) Oven ini mungkin paling tersohor di dunia per- baking -an :D. Gimana enggak, sejak jaman masih kecil banget sampe sekarang, aku masih sering nemu toko yang ngejual oven yang satu ini. Gak jarang juga ibu-ibu yang pada pinter masak di blog-blog yang aku baca mengakui sendiri mereka juga menggunakannya. Kalo ditanya alasan kenapa banyak orang suka banget (dan bahkan jatuh cinta) dengan oven ini, pada umumnya adalah oven ini murah dan gak pake listrik. Memang bener kalo oven ini praktis banget, tapi kelemahannya juga patut dipertimbangkan. Jika menggunakannya di atas kompor gas, ovennya harus diganjal dulu, terkadang panasnya tidak merata, dan sulit menentukan temperatur dengan benar (bahkan kadang pengukur suhu yang ada bisa salah).   Oven Gas Bi